1.1 PENGENDALIAN PERSEDIAAN
Pengendalian persediaan adalah merupakan usaha-usaha yang
dilakukan oleh suatu perusahaan termasuk keputusan-keputusan yang diambil
sehingga kebutuhan akan bahan untuk keperluan proses produksi dapat terpenuhi
secara optimal dengan resiko yang sekecil mungkin. Persediaan yang terlalu
besar (over stock) merupakan pemborosan karena menyebabkan terlalu tingginya
beban-beban biaya guna penyimpanan dan pemeliharaan selama penyimpanan di
gudang. Disamping itu juga persediaan yang terlalu besar berarti terlalu besar
juga barang modal yang menganggur dan tidak berputar. Begitu juga sebaliknya
kekurangan persediaan (out of stock) dapat menganggu kelancaran proses produksi
sehingga ketepatan waktu pengiriman sebagaimana telah ditetapkan oleh pelanggan
tidak terpenuhi yang ada sehingga pelanggan lari ke perusahaan lain. Singkatnya
pengendalian persediaan merupakan usaha-usaha penyediaan bahan-bahan yang
diperlukan untuk proses produksi sehingga dapat berjalan lancar tidak terjadi
kekurangan bahan serta dapat diperoleh biaya persediaan yang sekecil-kecilnya.
1.2 MAKSUD DAN TUJUAN PEGENDALIAN PERSEDIAAN
Pada dasarnya pengendalian persediaan dimaksudkan untuk
membantu kelancaran proses produksi, melayani kebutuhan perusahaan akan
bahan-bahan atau barang jadi dari waktu ke waktu. Sedangkan tujuan dari
pengendalian persediaan adalah sebagai berikut:
1. Menjaga agar jangan sampai perusahaan kehabisan
bahan-bahan sehingga menyebabkan terhenti atau terganggunya proses produksi.
2. Menjaga agar
keadaan persediaan tidak terlalu besar atau berlebihan sehingga biaya-biaya
yang timbul dari persediaan tidak besar pula.
3. Selain untuk memenuhi permintaan pelanggan, persediaan
juga diperlukan apabila biaya untuk mencari barang/bahan penggantian atau biaya
kehabisan bahan atau barang (stock out) relatif besar.
1.3 FUNGSI PENGENDALIAN PERSEDIAAN
Fungsi utama pengendalian persediaan adalah ”menyimpan”
untuk melayani kebutuhan perusahaan akan bahan mentah atau barang jadi dari
waktu ke waktu. Fungsi tersebut diatas ditentukan oleh berbagai kondisi seperti
:
1. Apabila jangka
waktu pengiriman bahan mentah relatif lama maka perusahaan perlu persediaan
bahan mentah yang cukup untuk memenuh kebutuhan perusahan selama jangka waktu
pengiriman
2. Seringkali jumlah yang dibeli atau diproduksi lebih besar
dari yang dibutuhkan.
3. Apabila pemintaan barang hanya sifatnya musiman sedangkan
tingkat produksi setiap saat adalah konstan maka perusahaan dapat melayani
permintaan tersebut dengan membuat tingkat persediaannya berfluktuasi mengikuti
fluktuasi permintaan.
4. Selain untuk memenuhi permintaan langganan, persediaan
juga diperlukan apabila biaya untuk mencari barang atau bahan pengganti atau
biaya kehabisan barang atau bahan relatif besar.
1.4 Metode dan model pengendalian persediaan
1. Metode pengendalian persediaan Dalam mencari jawaban atas
permasalahan umum dalam pengendalian persediaan seperti yang telah diuraikan
diatas, secara kronologis metode pengendalian persediaan yang ada dapat
diidentifikasikan sebagai berikut : Metode pengendalian persediaan, Metode ini
menggunakan matematika dan statistika sebagai alat bantu utama dalam memecahkan
masalah kuantitatif dalam sistem persediaan. Pada dasarnya metode ini berusaha
mencari jawaban optimal dalam menentukan :
1. Jumlah pemesanan optimal (EOQ)
2. Titik pemesanan kembali (Reorder point)
3. Jumlah cadangan pengaman (safety stock) yang diperlukan.
Metode ini sering disebut metode pengendalian tradisional karena memberi dasar
lahirnya metode baru yang lebih modern seperti MRP di Amerika dan Metode Kamban
di Jepang. Metode pengendalian persediaan secara statistik ini hanya digunakan
untuk mengendalikan barang yang permintaannya bersifat bebas dan dikelola
saling tidak bergantung.
Yang dimaksud permintaan bebas adalah permintaan yang hanya
dipengaruhi mekanisme pasar sehingga bebas dari operasi produksi.
Model pengendalian persediaan Dalam pengelolaan persediaan
terdapat dua keputusan penting yang harus dilakukan oleh manajemen, yaitu
berapa banyak jumlah barang atau bahan yang harus dipesan setiap kali pengadaan
persediaan dan kapan pemesanan barang harus dilakukan. Setiap keputusan yang
diambil mempunyai pengaruh terhadap besar biaya penyimpanan barang yang begitu
juga sebaliknya.
1. Model persediaan Economi Order Quantity (EOQ) Economic
Order Quantity atau EOQ adalah jumlah pemesanan paling ekonomis, yaitu jumlah
pembelian barang yang dapat meminimalkan jumlah biaya pemeliharaan barang dari
gudang dan biaya pemesanan setiap tahun. Asumsi dasar dalam menerapkan metode
EOQ untuk dipenuhi yaitu :
Permintaan dapat ditentukan secara pasti dan konstan, item
yang dipesan indenpenden dengan item yang lain, pesanan yang diterima dengan
segera dan pasti, tidak terjadi stock out serta harga item konstan. Tujuan dari
model ini adalah untuk menentukan nilai Q sehingga meminimalkan total biaya
persediaan. Dalam penentuan nilai Q maka Purchasing cost dapat diabaikan karena
dianggap konstan. Dimana biaya total persediaan adalah sebagai berikut : Biaya
total persediaan = Ordering Cost + Holding Cost+ Purchasing Cost Cara lain
untuk memperoleh EOQ dengan pendekatan matematis dikenal dengan istilah cara
formula. Dengan metode ini digunakan beberapa notasi atau parameter antara
lain: TAC = total biaya persediaan tahunan (total annual inventory cost) TOC =
total biaya pesan (total annual inventory cost) TCC = total biaya pesan (total
carrying cost) R = jumlah pembelian (permintan ) satu periode C = biaya simpan
tahunan (rupiah/unit_ S = biaya setiap kali pemesanan Q = jumlah pemesanan
(unit/order) Q* = jumlah pemesanan optimum (EOQ) T = waktu antara satu pesanan
dengan lainnya TC = total biaya persediana (rupiah per tahun) Biaya pemesanan
per tahun S = frekuensi pesanan x biaya pesanan S = (R/Q) x s ........
Biaya penyimpanan per tahun C = persediaan rata-rata x biaya
penyimpanan C = (Q/2)x c ....
Biaya total per tahun TC = (R/Q*)x S+ (Q*/2) x C .
Keterangan : EOQ
terjadi jika biaya pemesanan sama dengan biaya penyimpanan atau TOC = TCC, maka
: (R/Q*)S = (Q*/2)C 2RS = CQ*2 Q*2 = (2RS/C) Maka : EOQ = Q* = √ 2RS/C
Persediaan pengaman (safety stock) Persediaan pengaman atau
safety stock adalah persediaan minimum yang harus tersedia dan hanya dapat
digunakan dalam keadaan yang betul-betul darurat. Dengan adanya safety stock
maka perusahaan dapat mengalami resiko seminimal yang dapat ditimbulkan karena
adanya ketidakpastian kedatangan bahan Besarnya safety stock (B) dapat dicari
dengan rumus : B = a x Sdt .
Dimana : B = safety stock
a =
frequency level of service
Sdt =
standar deviasi lead time
2. Reorder Point (ROP) Yang dimaksud dengan reorder point
adalah saat atau titik dimana pemesanan kembali harus diadakan sehingga
kedatangan atau penerimaan bahan tepat pada waktunya dimana jumlah persediaan
sama dengan safety stock Penentuan titik pemesanan kembali ini menunjukkan
kepada bagian pembelian terhadap barang yang akan dibutuhkan. Hal ini
ditunjukkan untuk menjaga keseimbangan persediaan serta perusahaan tidak
kehabisan bahan jika sewaktu-waktu terdapat jumlah pesanan atau produk yang
lebih besar jumlahnya. Pada kenyataannya ,bahan yang lebih besar jumlahnya pada
kenyataan bahan yang dipesan tidak dapat dipenuhi atau tersedia karena
dibutuhkan jangka waktu untuk pengiriman. Agar datangnya bahan tersebut tepat
pada safety stock maa perusahaan harus melakukan pemesanan terlebih dahulu.
Untuk dapat
menerapkan kapan pemesanan kembali dapat dilakukan maka harus diperhatikan tiga
unsur yang mempengaruhi, yaitu :
* Waktu antar saat melakukan pemesanan dengan saat bahan
sampai di gudang Jumlah safety stock.
* Jumlah kebutuhan tiap kali proses Reorder point (ROP) atau
R adalah menunjukkan suatu tingkat persediaan dimana saat itu harus dilakukan
pesanan. Dengan rumus sebagai berikut : ROP = (U x L ) + Safety Stock Dimana :
ROP = Reorder point U = tingkat kebutuhan per periode L = lead time Persediaan
cukup untuk memenuhi kebutuhan selama tenggang waktu (lead time). Jumlah yang
harus dipesan harus sesuai atau berdasarkan EOQ.
1. Maximum stock Maximum stock adalah keadaan dimana
persediaan mencapai posisi yang maksimal. Maximum stock = safety stock +EOQ
Lead time Dalam pengisian kembali persediaan terdapat
perbedaan waktu yang cukup lama antara saat pengadaan pemesanan (order) untuk
pergantian kembali persediaan dengan saat penerimaan barang-barang yang dipesan
tersebut diterma dan dimasukkan kedalam persediaan (stock). Perbedaan waktu ini
disebut lead time. Lead time ini merupakan lamanya waktu antara mulai
dibutuhkan pemesanan bahan sampai dengan kedatangan bahan-bahan yang dipesan
tersebut diterima di gudang persediaan. Lamanya waktu tersebut tidak sama
antara satu pesanan dengan pesanan yang lain. Oleh karena itu suatu pesanan
yang dilakukan lamanya waktu yang harus diperkirakan walaupun resiko kesalahan
mesin tetap ada. Lead time merupakan faktor yang sangat penting bagi suatu
rencana persediaan karena lead time harus dipatuhi oleh para pelaku pembelian.
Tanpa lead time yang konstan pengendalian persediaan akan kacau.
ANGGARAN MODAL ( CAPITAL BUDGETING)
by julrahmatiyalfajri
1. PENDAHULUAN
Modal (Capital) menunjukkan aktiva tetap yang digunakan
untuk produksi. Anggaran (budget) adalah sebuah rencana rinci yg memproyeksikan
aliran kas masuk dan aliran kas keluar selama beberapa periode pada saat yg
akan datang. Capital budget adalah garis besar rencana pengeluaran aktiva
tetap. Penganggaran modal (capital budgeting) adalah proses menyeluruh
menganalisa proyek2 dan menentuan mana saja yang dimasukkan ke dalam anggaran
modal.
Pentingnya Penggangaran Modal
1. Keputusan
penggaran modal akan berpengaruh pada jangka waktu yang lama sehingga
perusahaan kehilangan fleksibilitasnya.
2. Penanggaran
modal yg efektif akan menaikkan ketepatan waktu dan kualitas dari penambahan
aktiva.
3. Pengeluaran
modal sangatlah penting
Tahap-Tahap Penganggaran Modal
1. Biaya
proyek harus ditentukan.
2. Manajemen
harus memperkirakan aliran kas yg diharapkan dari proyek, termasuk nilai akhir
aktiva.
3. Risiko
dari aliran kas proyek harus diestimasi. (memakai distribusi probabilitas
aliran kas).
4. Dengan
mengetahui risiko dari proyek, manajemen harus menentukan biaya modal (cost of
capital) yg tepat untuk mendiskon aliran kas proyek.
5. Dengan
menggunakan nilai waktu uang, aliran kas masuk yang diharapkan digunakan untuk
memperkirakan nilai aktiva.
6. Terakhir,
nilai sekarang dari aliran kas yg diharapkan dibandingkan dengan biayanya.
Dalam pengambilan keputusan investasi, opportunity cost
memegang peranan yang penting. Opportunity cost merupakan pendapatan atau
penghematan biaya yang dikorbankan sebagai akibat dipilihnya alternatif
tertentu. Misalnya dalam penggantian mesin lama dengan mesin baru, harga jual
mesin lama harus diperhitungkan dalam mempertimbangkan investasi pada mesin
baru.
Dalam prinsip akuntansi yang lazim, biaya bunga modal
sendiri tidak boleh diperhitungkan sebagai biaya. Dalam pengambilan keputusan
investasi, biaya modal sendiri justru harus diperhitungkan. Analisis biaya
dalam keputusan investasi lebih dititikberatkan pada aliran kas, karena saat
penelimaan kas dalam investasi memilki nilai waktu uang. Satu rupiah yang
diterima sekarang lebih berharga dibandingkan dengan satu rupiah yang diterima
di masa yang akan datang. Oleh karena itu, meskipun untuk perhitungan laba
perusahaan, biaya diperhitungkan berdasarkan asas akrual, namun dalam
perhitungan pemilihan investasi yang memperhitungkan nilai waktu uang, biaya
yang diperhitungkan adalah biaya tunai.
1. PEMBAHASAN
1. Pengertian
Capital Budgeting adalah merupakan proses evaluasi dan
pemilihan investasi jangka panjang yang konsisten terhadap maksimalisasi tujuan
perusahaan. Definisi Capital Budgeting “Capital Budgeting is the Process of
evaluating and selecting long-term invesments consistents with the firm’s goal
of owner wealth maximization”. Investasi juga berarti pengeluaran pada saat ini
dan hasil yang diharapkan dari pengeluaran tersebut baru akan diterima lebih
dari satu tahun mendatang. Definisi Capital Budgeting adalah sebagai berikut:
“Capital Budgeting involves the entire process of planning whose returns are
expected to extend beyond one year”.
Sebagai konsekuensinya, perusahaan membutuhkan prosedur
tertentu untuk menganalisa dan menyeleksi beberapa alternatif investasi yang
ada. Keputusan mengenai investasi tersebut sulit dilakukan karena memerlukan
penilaian mengenai situasi dimasa yang akan datang, sehingga dibutuhkan
asumsi-asumsi yang mendasari estimasi terhadap situasi yang paling mendekati
yang mungkin terjadi, baik situasi internal maupun eksternal perusahaan.
Investasi tersebut harus dihitung sesuai dengan cash flow perusahaan dan harus
merupakan keputusan yang paling tepat untuk menghindari resiko kerugian atas
investasi tersebut. “As time passes, fixed assets may become obselete or may
require an overhaul; at these points, too, financial decisions may be required”.
Perusahaan biasanya membuat berbagai alternatif atau variasi untuk berinvestasi
dalam jangka panjang, yakni berupa penambahan aset tetap seperti tanah, mesin
dan peralatan. Aset tersebut merupakan aset yang berpotensi, yang merupakan
sumber pendapatan yang potensial dan mencerminkan nilai dari sebuah
perusahaan.Capital budgeting dan keputusan keuangan diperlakukan secara
terpisah. Bila investasi yang diajukan telah ditentukan untuk diterima, manager
keuangan kemudian memilih metoda pembiayaan yang paling baik.
-. Anggaran (budget) adalah sebuah rencana rinci yg
memproyeksikan aliran kas masuk dan aliran kas keluar selama beberapa periode
pada saat yg akan datang.
-. Capital budget adalah garis besar rencana pengeluaran
aktiva tetap
-. Penganggaran modal (capital budgeting) adalah proses
menyeluruh menganalisa proyek2 dan menentuan mana saja yang dimasukkan ke dalam
anggaran modal.
-. Proses mengumpulkan, mengevaluasi, menyeleksi, dan
menentukan alternatif penanaman modal yang akan memberikan penghasilan bagi
perusahaan untuk jangka waktu lebih dari 1 tahun.
*. Pentingnya Penggangaran Modal
1. Keputusan
penggaran modal akan berpengaruh pada jangka waktu yang lama sehingga
perusahaan kehilangan fleksibilitasnya.
2. Penanggaran
modal yg efektif akan menaikkan ketepatan waktu dan kualitas dari penambahan
aktiva.
3. Pengeluaran
modal sangatlah penting
*. Motif Capital Budgeting
Pengembangan
produk baru atau pembelian aktiva baru
Pengurangan
biaya dengan mengganti aktiva yang tidak efisien
Modernisasi
atas aktiva tetap
*. JENIS-JENIS KEPUTUSAN PENGANGGARAN MODAL
Penambahan
dan perluasan fasilitas
Produk
baru
Inovasi
dan perluasan produk
Penggantian
(replacements) (a) penggantian pabrik a1/11/2005tau peralatan usang (b)
penggantian pabrik atau peralatan lama dengan pabrik atau peralatan yang lebih
Menyewa/membuat
atau membeli
Penyesuaian
fasilitas dan peralatan dengan peraturan pemerintah, lingkungan, dan keamanan
Lain-lain
keputusan seperti kampanye iklan, program pelatihan dan proyek-proyek yang memerlukan
analisis arus kas keluar dan arus kas masuk.
*. PRINSIP DASAR PROSES PENGANGGARAN MODAL
Penganggaran
modal pada dasarnya adalah aplikasi prinsip yang mengatakan bahwa perusahaan
harus menghasilkan keluaran atau menyelenggarakan kegiatan bisnis sedemikian
rupa sehingga hasil imbuh (marginal revenue) produk sama dengan biaya imbuhnya
(marginal cost).
Prinsip
ini dalam kerangka penganggaran modal berarti bahwa perusahaan harus melakukan
tambahan investasi sedemikian rupa sehingga perolehan imbuh (marginal returns)
investasi itu sama dengan biaya imbuhnya. Daftar berbagai proyek investasi dari
hasil yang tertinggi hingga yang terendah mencerminkan kebutuhan perusahaan
akan modal untuk investasi.
Biaya
imbuh dari berbagai daftar investasi itu memberi petunjuk tentang upaya
perusahaan untuk memperoleh tambahan modal guna membiayai investasi. Biaya
imbuh modal berarti sejumlah biaya yang harus ditanggung oleh perusahaan untuk
memperoleh dana dari luar (misalnya meminjam atau menjual saham dan biaya
tumbal/opportunity cost dari dana sendiri yang dapat diperoleh
*. Jenis Proyek
-. Independent project: proyek atau investasi yang berdiri
sendiri (tidak akan mempengaruhi usulan proyek lainnya).
-. Mutually exclusive project: proyek yang memiliki fungsi
yang sama (dengan memilih suatu proyek akan menghilangkan kesempayan proyek
yang lainnya).
*. Ketersediaan Dana
Jika dana
TIDAK TERBATAS, maka perusahaan dapat memilih semua independen project yang
sesuai dengan expected return yang diharapkan.
Jika dana
TERBATAS, maka perusahaan perlu melakukan capital rationing dengan
mengalokasikan dana hanya pada proyek yang memberikan return maksimal
2. Proses
Capital Budgeting
Proses Capital Budgeting terdiri dari 5 langkah yang saling
berkaitan, yakni:
Pembuatan
Proposal
Proposal penganggaran barang modal dibuat di semua tingkat
dalam sebuah organisasi bisnis. Untuk menstimulasi aliran berbagai ide, banyak
perusahaan menawarkan penghargaan berupa uang tunai untuk beberapa proposal
yang diadopsi.
Kajian
dan Analisa
Proposal penganggaran barang modal secara formal direview
dalam rangka (a) mencapai tujuan dan rencana utama perusahaan dan yang paling
penting (b) untuk mengevaluasi kemampuan ekonominya. Biaya yang diajukan dan
benefit yang diestimasikan dikonversikan menjadi sebuah cash flow yang sesuai.
Bermacam-macam teknik capital budgeting dapat diaplikasikan untuk cash flow
tersebut untuk menghitung tingkat keuntungan dari investasi.
Berbagai macam aspek resiko diasosiasikan dengan proposal
yang akan dievaluasi. Setelah analisis ekonomi telah dibuat lengkap, diiringi
dengan data tambahan dan rekomendasi yang ditujukan untuk para pengambil
keputusan.
Pengambilan
Keputusan
Besarnya sejumlah dana yang dikeluarkan dan pentingnya
penganggaran barang modal menggambarkan tingkat organisasi tertentu yang
membuat keputusan penganggaran. Perusahaan biasanya mendelegasikan kewenangan
penganggaran barang modal sesuai dengan jumlah uang yang dikeluarkan. Secara
umum jajaran direksi memberikan keputusan akhir untuk sejumlah tertentu
penganggaran barang modal yang dikeluarkan.
Implementasi
Ketika sebuah proposal telah disetujui dan dananya telah
siap, tahap implementasi segera dimulai. Untuk pengeluaran yang kecil,
penganggaran dibuat dan pembayaran langsung dilaksanakan. Namun untuk
penganggaran dalam jumlah besar, dibutuhkan pengawasan yang ketat.
Follow Up
(tindak lanjut)
Setelah diimplementasikan maka perlu dilakukan monitoring
selama tahap kegiatan operasi berjalan dari proyek tersebut. Perbandingan dari
biaya yang ada dan keuntungan yang diekspektasikan dari berbagai proyek
sebelumnya adalah sangat vital. Ketika biaya yang dikeluarkan melebihi anggaran
biaya yang ditetapkan, harus segera dilakukan tindakan untuk menghentikannya,
apakah dengan meningkatkan benefit atau mungkin menghentikan proyek tersebut.
Setiap langkah dalam proses tersebut penting dilakukan
terutama pada langkah kajian dan analisa, maupun pengambilan keputusan (langkah
2 dan 3) yang membutuhkan waktu dan tenaga yang paling besar. Langkah terakhir
yakni follow up juga penting namun sering diabaikan. Langkah tersebut dilakukan
untuk menjaga perusahaan untuk dapat meningkatkan akurasi cash flow yang
diestimasi.
3. Jenis-jenis
Investasi
Investasi dapat dilaksanakan oleh perusahaan tergantung
motif dasar perusahaan yakni semakin tinggi tingkat hasil pengembalian atas
investasi tersebut. Investasi tersebut terdiri dari berbagai jenis yang
disesuaikan dengan tujuan perusahaan. Definisi investasi sebagai berikut: “The
commitment of funds to one of more assets that will be held over some future
time period”. Definisi tersebut mengartikan bahwa investasi adalah komitmen sejumlah
dana untuk menjadi satu atau lebih aset yang akan dilaksanakan dalam suatu
periode tertentu di masa yang akan datang. Selanjutnya Jones menggolongkan
jenis investasi sebagai berikut:
1. a. Financial Assets. Pieces of paper evidencing
a claim on some issuer
2. b. Real
Assets. Physical assets, such as gold or real estate
3. c. Marketable Securities. Financial assets that
are easily and cheaply traded in organized markets.
4. Rasionalisasi
Modal
Persoalan rasionalisasi modal (capital rationing) akan
muncul apabila terdapat batasan dana yang tersedia dan dihadapkan pada suatu
portfolio dari investasi. Oleh karena itu kita perlu memilih beberapa
alternatif investasi yang dapat dicapai dari anggaran yang tersedia dengan
tingkat keuntungan yang cukup tinggi. Untuk itu perlu diperhatikan dua sifat
umum dari berbagai investasi tersebut, diantaranya dikemukakan adalah:
1. Independent
projects yakni proyek yang cash flownya tidak berhubungan atau tidak tergantung
diantara satu proyek dengan proyek lainnya. Penerimaan atas salah satu proyek
dengan alasan tertentu tidak akan mengeliminasi proyek lainnya. Apabila sebuah
perusahaan memiliki banyak anggaran dana yang tersedia untuk diinvestasikan,
kriteria penerimaan atas proyek akan lebih mudah. Semua pilihan investasi yang
menghasilkan keuntungan yang paling besar akan langsung dapat diterima.
2. Mutually
exclusive project adalah proyek yang memiliki fungsi yang sama dan bersaing
satu sama lainnya. Penerimaan suatu proyek akan mengeliminir proyek lainnya
yang setara.
3. Cash Flow
dan Metode Investasi
A. Initial
Investment
Batasan investasi awal sangat relevan dengan sejumlah cash
out flow yang dipertimbangkan ketika mengevaluasi prospektif penganggaran
barang modal. Investasi awal (initial invesment) dilakukan pada nol waktu (time
zero), yakni waktu ketika anggaran dikeluarkan. Investasi awal diperhitungkan
dengan mengurangi semua cash inflow yang terjadi pada saat ‘time zero’ dengan
seluruh cash outflow yang terjadi pada saat ‘time zero’. Rumusan dasar untuk
menentukan investasi awal adalah biaya pembelian aset baru ditambah biaya instalasi dikurangi pajak penjualan aset
lama. Format dasar penentuan Initial Invesment yakni sebagai berikut:
“The basic Format for Determining Initial Investment
Installed cost of new asset = Cost of new asset +
instalation costs – after-tax proceeds from sale of sold assets”.
Dengan adanya initial invesment tersebut akan mempengaruhi
dan akan merubah Net Working Capital (Modal Kerja Bersih, (NWC) dari suatu
perusahaan. Apabila sebuah perusahaan bermaksud membeli kapal dalam rangka
ekspansi maka baik level produksinya, atau tingkat kas, piutang, persediaan,
maupun hutang dagangnya akan meningkat. Perbedaan antara perubahan aset lancar
dengan perubahan hutang lancar merupakan perubahan Net Working Capital. Secara
umum apabila aset lancar meningkat lebih besar dibandingkan hutang lancar akan
menghasilkan peningkatan NWC, begitupun sebaliknya.
1. Cash Flow
Salah satu hal penting didalam persoalan kebijakan investasi
adalah mengadakan estimasi dari pengeluaran uang yang akan diterima dari
investasi tersebut pada masa yang akan datang. Untuk mengevaluasi berbagai
alternatif penganggaran barang modal/investasi, perusahaan harus menentukan
cash flow yang sesuai, yakni data mengenai aliran kas bersih dari suatu
investasi.
Untuk keperluan penilaian suatu investasi yang dibiayai
sepenuhnya oleh modal sendiri aliran kas bersih (cash flow) adalah sebelum
pembebanan penyusutan dan diperhitungkan sesudah pajak. Namun apabila dibiayai
dengan modal pinjaman maka aliran kas bersih adalah sebelum dibebani
penyusutan, bunga dan diperhitungkan setelah pajak.
Selanjutnya pengertian arus kas “The netral net cash, as
opposed to accounting net income, that flows into (or out of) a firm during
some specified period”.
Analisa cash flow perusahaan dapat dijadikan sebagai dasar
penelitian untuk melihat sejauh mana aktivitas usaha secara akumulatif dapat
mengcover dana yang diinvestasikan untuk menggerakkan kegiatan operasional
perusahaan.
Setiap cash flow dari suatu proyek memiliki pola
konvensional karena di dalamnya terdapat
3 komponen dasar yakni (1) investasi awal, (2) Cash inflow dan (3) terminal
cash flow.
Menurut (Bambang Rijanto, 1995) setiap usul pengeluaran
modal selalu mengandung dua macam aliran kas (cash Flows), yaitu:
1. Aliran
kas keluar neto (Net Outflow of Cash) yaitu yang diperlukan untuk investasi
baru.
2. Aliran kas
masuk neto tahunan (Net Annual Inflow of Cash), yakni sebagai hasil dari
investasi baru tersebut, yang ini sering pula disebut “Net Cash Proceeds” atau
cukup dengan istilah “Proceeds”.
Arus kas untuk tujuan capital budgeting didefinisikan
sebagai arus kas sesudah pajak atas semua modal perusahaan. Secara aljabar,
definisi tersebut sama dengan laba sebelum bunga dan pajak, dikurangi pajak
penghasilan jika perusahaan mempunyai hutang, ditambah beban penyusutan non
kas. Rumusannya adalah sebagai berikut:
Cash Flow = EBIT (1 – T) + Depresiasi
Dimana :
EBIT = Laba Sebelum Bunga dan pajak
T = Pajak
penghasilan perusahaan
Depr = Beban
Penyusutan
Rumusan tersebut berlaku untuk perusahaan yang tidak
memiliki hutang. Apabila perusahaan memiliki hutang maka rumusannya adalah :
Cash Flow = NI + Depr + rD (1 – T)
Dimana:
NI = Net Income
rD = Interest expense (biaya bunga bank)
Perkiraan cash flow merupakan hal yang sangat penting dalam
proses capital budgeting, yakni sebuah proses yang rumit dan kompleks yang membutuhkan
pemikiran dan perhitungan yang matang agar estimasi cash flow yang
diproyeksikan mampu mendekati perkiraan cash flow yang dilaksanakan perusahaan.
Dengan demikian, penilaian terhadap hasil analisis capital budgeting akan
memberikan penilaian yang akurat pada penentuan keputusan investasi.
6. Metode
Evaluasi Kelayakan Rencana Investasi
Metode yang dapat digunakan untuk dapat mengevaluasi
berbagai alternatif investasi barang modal untuk dapat dipilih dikenal dua
macam metode yakni metode konvensional dan metode discounted cash flow. Di
dalam metode convensional dipergunakan dua macam tolak ukur untuk menilai
profitabilitas rencana investasi yakni payback period (PB) dan average rate of
return (ARR), sedangkan dalam metode discounted cash flow dikenal dua macam
tolak ukur profitabilitas yakni Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return
(IRR) dan profitability Index. Perbedaan utama antara metode konvensional
dengan metode discounted cash flow terletak pada penilaian terhadap nilai waktu
uang (time value of money). Metode evaluasi konvensional tidak mempertimbangkan
time value of money.
1. Payback
Period
Metode payback period pada umumnya digunakan untuk
mengevaluasi investasi yang diajukan. Payback period adalah target waktu yang
dibutuhkan oleh perusahaan untuk mengembalikan investasi awal yang
diperhitungkan dari cash inflow. Definisi payback period sebagai berikut: The
payback period is the exact amount of time required for the firm to recover its
initial investment in a project as calculated from cash inflow”
Payback period diperhitungkan dengan membagi investasi
dengan cash inflow tahunan. Kriteria terhadap penerimaan keputusan investasi
dengan menggunakan metode payback ini adalah diterima apabila payback period
yang diterima yang diperoleh lebih singkat/pendek waktunya dibandingkan dengan
target waktu payback period yang sebelumnya telah ditentukan.
Contoh
Perusahaan ABC akan melakukan investasi terhadap proyek A
dan proyek B. Kedua proyek tersebut merupakan proyek independen dan mutually
exclusive. Investasi dikeluarkan pada awal tahun pertama. Adapun aliran kas
bersih dari masing-masing proyek sebagai berikut:
Tahun Proyek A Proyek B
0 -100.000 -100.000
1 50.000 10.000
2 40.000 30.000
3 30.000 40.000
4 20.000 50.000
5 10.000 20.000
*. Perhitungannya
Proyek A =
-100.000 – (50.000 + 40.000 + 10.000) = 2 tahun 4 bulan
(10/30 x 12 bulan)
Proyek B =
-100.000 – (10.000 + 30.000 + 40.000 + 20.000) = 3 tahun 5
bulan (20/50 x 12 bulan)
Keputusannya pemilihan proyek :
Proyek A, karena memiliki waktu pengembalian yang lebih
pendek
1. Net
Present Value
Secara eksplisit NPV memberikan pertimbangan dari nilai
waktu uang, dan merupakan teknik capital budgeting yang banyak digunakan. NPV
adalah jumlah present value semua cash inflow yang dikumpulkan proyek (dengan
menggunakan discount rate suku bunga kredit yang dibayar investor) dikurangi
jumlah investasi (initial cash outflow). Net Present Value yaitu: “The Net
Present Value is found by subtracting a project’s initial investment from the
present value of its cash inflows discounted at a rate equal to the firm’s cost
of capital”.
nNPV = Σ CFt /(1 + k)t – Io
t = 1
Sebagai pedoman umum, rencana investasi akan menguntungkan
apabila NPV positif dan apabila NPV nol maka investasi tersebut berarti break
even. Apabila NPV suatu proyek negatif, berarti proyek tersebut tidak layak
untuk dilaksanakan.
t
Dimana:
CFt = Net Cash
Flow (Prodeeds) pada tahun ke – t
k = Tingkat
Diskonto
t = Lama
waktu atau periode berlangsungnya investasi
I0 = Initial
Outlays (Nilai investasi awal)
Kelebihan metode NPV sebagai sarana penilaian terhadap
kelayakan suatu rencana investasi barang modal adalah penggunaan nilai waktu
uang untuk menghitung nilai sebenarnya cash flow yang diperoleh pada masa yang
akan datang. Dengan demikian, dapat diperoleh gambaran profitabilitas proyek
yang lebih mendekati realitas. Kelebihan lainnya adalah digunakannya discount
faktor, biasanya merupakan salah suku bunga kredit yang dipinjam investor untuk
membiayai proyek. Dengan demikian, penggunaan metode ini menjadi lebih
fleksibel karena dapat disesuaikan dengan discount factor yang berubah-ubah
dari waktu ke waktu. Kriteria penerimaan atas investasi dengan metode ini
adalah diterima apabila NPV yang dihasilkan adalah positif, dan ditolak apabila
nilai NPV negatif. Kelemahan dari metode ini adalah perhitungan yang cukup
rumit, tidak semudah perhitungan payback period. Untuk perhitungannya
diperlukan keahlian seorang financial analis sehingga penggunaannya terbatas.
Contoh :
Perusahaan ABC akan melakukan investasi terhadap proyek A
dan proyek B. Kedua proyek tersebut merupakan proyek independen dan mutually
exclusive. Investasi dikeluarkan pada awal tahun pertama.
Diketahui discount rate 10%
Adapun aliran kas bersih dari masing-masing proyek sebagai
berikut:
Tahun Proyek A Proyek B
0 -100.000 -100.000
1 50.000 10.000
2 40.000 30.000
3 30.000 40.000
4 20.000 50.000
5 10.000 20.000
Jawaban :
Proyek A
Tahun 1 = 50.000 / (1+0,1)1 = 45.455
Proyek A
Tahun 2 = 40.000 / (1+0,1)2 = 33.058
Proyek A
Tahun 3 = 30.000 / (1+0,1)3 = 22.539
Proyek A
Tahun 4 = 20.000 / (1+0,1)4 = 13.660
Proyek A
Tahun 5 = 10.000 / (1+0,1)5 = 6.209
NPV Proyek A = (45.455 + 33.058 + 22.539 + 13.660 + 6.209) –
100.000 = 20.921
Proyek B
Tahun 1 = 10.000 / (1+0,1)1 = 9.091
Proyek B
Tahun 2 = 30.000 / (1+0,1)2 = 24.793
Proyek B
Tahun 3 = 40.000 / (1+0,1)3 = 30.053
Proyek B
Tahun 4 = 50.000 / (1+0,1)4 = 34.151
Proyek B
Tahun 5 = 20.000 / (1+0,1)5 = 12.419
NPV Proyek B = (9.091 + 24.793 + 30.053 + 34.151 + 12.419) –
100.000 = 10.507
Tahun PV Proyek A PV Proyek B
0 –
100.000 – 100.000
1 45.455 9.091
2 33.058 24.793
3 22.539 30.053
4 13.660 34.151
5 6.209 12.419
NPV 20.921 10.507
Keputusan :
Proyek A, karena memiliki nilai lebih besar dibandingkan
proyek B, walaupun keduanya memiliki nilai NPV > 0
1. Internal
Rate of Return (IRR)
Metode ini mungkin merupakan metode yang paling banyak
digunakan sebagai salah satu teknik dalam mengevaluasi alternatif – alternatif
investasi. Definisi Internal Rate of Return
adalah: “The Internal Rate of Return (IRR) is the discount rate that
equates the present value of cash inflows with the initial investment
associated with a project”.
Dijelaskan bahwa IRR merupakan rate discount dimana nilai
present value dari cash inflow sama dengan nilai investasi awal suatu proyek.
Dengan kata lain IRR adalah rate discount dimana NPV dari proyek tersebut =
Rp0. IRR juga menggambarkan persentase keuntungan yang sebenarnya akan
diperoleh dari investasi barang modal atau proyek yang direncanakan.
Kriteria penerimaan proyek investasi dengan menggunakan
metode Internal Rate of Return adalah apabila IRR yang dihasilkan lebih besar
dibandingkan cost of capital, sebaliknya apabila lebih kecil dibandingkan cost
of capital proyek tersebut ditolak.
Pada dasarnya IRR dapat dicari dengan cara coba-coba (trial
and error). Pertama-tama kita menghitung PV dari proceeds suatu investasi
dengan menggunakan tingkat bunga yang kita pilih menurut kehendak kita.
Kemudian hasil perhitungan itu dibandingkan dengan jumlah PV dari outlaysnya.
Kalau PV dari proceeds lebih besar daripada PV dicari investasi atau
outlaysnya, maka kita harus menggunakan tingkat bunga yang lebih rendah. Cara
demikian terus dilakukan sampai kita menemukan tingkat bunga yang dapat
menjadikan PV dari proceeds sama besarnya dengan PV dari outlaysnya. Pada
tingkat bunga inilah NPV dari usul tersebut adalah nol atau mendekati nol.
Contoh
Perusahaan ABC akan melakukan investasi terhadap proyek A
dan proyek B. Kedua proyek tersebut merupakan proyek independen dan mutually
exclusive. Investasi dikeluarkan pada awal tahun pertama.
Adapun aliran kas bersih dari masing-masing proyek sebagai
berikut:
Tahun Proyek A Proyek B
0 -100.000 -100.000
1 50.000 10.000
2 40.000 30.000
3 30.000 40.000
4 20.000 50.000
5 10.000 20.000
Jawaban : (Untuk Proyek A, apabila : menggunakan discout
rate 20% dan 21%)
Menggunakan
discount rate sebesar 20%
PV Cashflow A = (50.000/1.2) + (40.000/1.44) + (30.000/1.728)
+ (20.000/2.0736) +
(10000/2.4883) = 100.470
Menggunakan
discount rate sebesar 21%
PV Cashflow A = (50.000/1.21) + (40.000/1.4641) +
(30.000/1.7716) + (20.000/2.1436) + (10000/2.5937) = 98.763
Jawaban : (Untuk Proyek A, apabila : menggunakan discout
rate 18% dan 23%)
Menggunakan
discount rate sebesar 18%
PV Cashflow A = (50.000/1.18) + (40.000/1.3924) +
(30.000/1.6430) + (20.000/1.9387) + (10000/2.2877) = 104.047
Menggunakan
discount rate sebesar 23%
PV Cashflow A = (50.000/1.23) + (40.000/1.5129) +
(30.000/1.8608) + (20.000/2.2888) + (10000/2.8153) = 95.502
Menggunakan
Interpolasi untuk mencari present value aliran kas sebesar 100.000 (diantara
95.502 dengan 104.047)
IRR proyek A = 18% + {(104.047 – 100.000)/(104.047 –
95.502)} {5%}
IRR proyek A = 18% + 2,368%
IRR proyek A = 20.368%
Contoh IRR Proyek A
Tahun PVIF(20%) PV Proyek A PVIF(21%) PV
Proyek A
1 1,2 41.667 1,21 41.322
2 1,44 27.778 1,4641 27.321
3 1,728 17.361 1,7716 16.934
4 2,0736 9.645 2,1436 9.330
5 2,4883 4.019 2,5937 3.855
PV 100.470 98.762
Melalui interpolasi diperoleh IRR Proyek A = 20,275%
Jawaban :
Menggunakan
discount rate sebesar 14%
PV Cashflow B = (10.000/1.14) + (30.000/1.2996) +
(40.000/1.4815) + (50.000/1.6889) + (20.000/1.9254) = 98.848
Menggunakan
discount rate sebesar 13%
PV Cashflow B = (10.000/1.13) + (30.000/1.2769) +
(40.000/1.4429) + (50.000/1.6305) + (20000/1.8424) = 101.587
Menggunakan
Interpolasi untuk mencari present value aliran kas sebesar 100.000 (diantara
98.848 dengan 101.587)
IRR proyek B = 13% + {(101.587 – 100.000)/(101.587 –
98.848)} {1%}
IRR proyek B = 13% + 0.579%
IRR proyek B = 13.579%
Contoh (IRR à Proyek B)
Tahun PVIF(14%) PV Proyek B PVIF(13%) PV
Proyek B
1 1,14 8.772 1,13 8.850
2 1,2996 23.084 1,2769 23.494
3 1,4815 27.000 1,4429 27.722
4 1,6889 29.605 1,6305 30.665
5 1,9254 10.387 1,8424 10.856
Proyek Yang dipilih :
Proyek A, karena memiliki tingkat rate of return lebih
tinggi dibandingkan dengan proyek B
Perbandingan Metode Capital Budgeting
Metode Proyek
A Proyek B
Payback Period 2 tahun
4 bulan 3 tahun 5 bulan
NPV 20.921 10.507
IRR 20,275% 13,579%
KESIMPULAN
Dari pembahasan di atas, Penganggaran Modal (capital
budgeting) sangatlah penting dalam menentukan alur kas,investasi dan penanaman
saham. Dimana bila perhitungan atau keputusan untuk pengambilan penganggaran
modal tepat, maka keuntungan bagi perusahaan akan meningkat sesuai dengan
perhitungan. Dan sangatlah penting bagi manajer keuangan untuk sangat hati-hati
dalam mengambil keputusan dengan keadaan keuangan suatu perusahaan.
DAFTAR PUSTAKA
Kadariah, Lien K Sabur dan Clive Gray. 1978. Pengantar
Evaluasi Proyek. FEUI.
Jakarta
Pangestu S.2001. Manajemen Keuangan (Bahan Ajar) Program
Studi Manajemen
Agribisnis. UGM. Yogyakarta.
Simarmata, Dj. A. 1984. Pendekatan Sistem dalam Analisis
Proyek Investasi dan Pasar
Modal. Gramedia. Jakarta
Suratiyah, Ken.2006. Manajemen Finansial Untuk Perusahaan
Pertanian (Buku Ajar).
Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian. UGM.Yokyakarta